Aaaargggghhhh..!!!!!!!!!
Sebelumnya aku tidak seperti ini aku tak pernah seperti ini…
Para penghianat merubahku menjadi penghianat
Dan para pembohong merubahku tak berbeda
Orang-orang kotor merubahku menjadi lebih kotor
Dan aku bukanlah yang ku kenal sebelumnya
Kembalikan ku yang dulu hapus hati hitam ku
Ku rindukan ku yang dulu tanpa hati hitam ku
Aku tlah jadi apa yang ku benci 
Jadi apa yang ku takutkan 
Semua yang kuhidari, manusia seperti kalian
Yang kini disisa kan hanya dendam dan semua hati kusam
by:CJ
Kamis, 03 Juli 2008
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya 
belakangan ini selalu tampak murung. 
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di 
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya. 
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk 
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang 
murid muda. 
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. 
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." 
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan 
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana 
yang diminta. 
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata 
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." 
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air 
asin. 
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru. 
"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih 
meringis. 
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis 
keasinan. 
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat 
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." 
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa 
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa 
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah 
di hadapan mursyid, begitu pikirnya. 
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil 
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir 
danau. 
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan 
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin 
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya 
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"     
Label: Brhentilah jadi gelas






